Minggu, 02 Mei 2010

Sebuah Monumen untuk putra Stanford

Semoga hari ini jadi hari terbaik untuk semua.

Semoga kita selalu terjaga dari sifat sombong dan suka merendahkan orang lain. Karena sesungguhnya tidak ada satu alasannpun yang bisa dipakai untuk membesarkan kesombongan dan tinggi hati. Kita tidak tahu seberapa 'nilai' orang lain hanya dengan melihatnya saja, bahkan kita tidak bisa mengukur luasnya kebesaran hati orang lain sebelum kita jauh berinteraksi dengan seseorang. Semoga kita bisa memetik hikmah dari kisah dibawah ini. Sebuah kisah nyata yang bisa saja terjadi disekitar kita

Sebuah Monumen untuk putra Stanford.

Seorang ibu setengah baya dengan suaminya yang tampak sederhana saja turun dari kereta yang datang dari Boston. Keduanya berjalan dengan perlahan menuju kantor Universitas Harvard untuk menemui pimpinan Universitas tanpa membuat janji terlebih dahulu.
Sekretaris menemui mereka dan melihat kedua orang itu tanpa perhatian serius. "Pak rektor akan sibuk sepanjang hari" katanya acuh tak acuh.
Kedua orang tua itu duduk menunggu berjam-jam dan sekretaris itu berharap mereka bosan dan pergi meninggalkan kantor rektorat. Tapi nyatanya bapak & ibu setengah baya itu tetap duduk menunggu sambil terus berharap bapak rektor segera menemui mereka.

Akhirnya sekretaris itu memutuskan untuk memberi tahu pak rektor sambil berkata'mungkin kalau bapakj menemui mereka beberapa menit saja mereka akan pergi" katanya karena merasa bersalah telah mengganggu atasannya. Orang se'penting dan sesibuk pimpinan Harvard University tentu tidak punya waktu mengobrol dengan tamu yang kelihatan tidak begitu 'keren' dan terpelajar itu.

Pak rektor akhirnya menemui mereka dengan memasang wajah berwibawa & tegas. Mereka tampak lega pak rektor akhirnya memberi waktu dan sang Ibu berkata "anak kami baru kuliah 1 tahun disini, dia sangat senang dan sangat mencintai kampusnya, tapi beberapa waktu yang lalu dia mengalami kecelakaan dan meninggal dunia. Kami memutuskan untuk membangun semacam monumen untuk dia dikampus ini."" demikian kata sang Ibu dengan bersemangat.

pak rektor sama sekali tidak tersentuh oleh ceritanya bahkan kaget "Bu.." katanya agak meremehkan " kita tidak bisa mendirikan monumen begitu saja setiap kali ana siswa Harvard yang meninggal dunia. nanti tempat ini akan mirip seperti pekuburan"!
"Oh, tidak" kata sang Ibu cepat-cepat, kami tidak ingin membuat semacam patung disini, kami mempertimbangkan untuk membangun sebuah gedung dengan nama anak kami."

Pak rektor semakin kaget sambil melirik pakaian sederhana sang ibu serta jas sang bapak yang jelas bukan dari jahitan designer. "Sebuah gedung?? apakah bapak ibu tahu berapa biaya membangun sebuah gedung??" tanya pak rektor. "Kami telah mengeluarkan dana lebih dari tujuh setengah juta dollar untuk membangun fasilitas di area universitas ini" sambung pak Rektor.

Untuk sesaat sang Ibu terdiam dan pak rektor kelihatan puas, kini mereka akan segera pergi.. pikirnya.

lalu sang Ibu meoleh perlahan pada suaminya dan berkata "hanya sekian rupanya untuk memulai sebuah universitas.. Kenapa kita tidak membangun universitas kita sendiri saja?"
Sang suami mengangguk dan wajah pak rektor menjadi kebingungan dan penasaran.

Lalu Bapak dan Ibu Leland Stanford meninggalkan halaman Harvard, pulang kembali ke Palo Alto, California dimana kemudian mereka mendirikan sebuah Universitas yang dinamakan anak mereka tercinta. sebuah monumen kenangan bagi anak mereka yang sangat bangga kuliah di Harvard namun universitasnya tidak memberi 'perhatian' sama sekali kepada mereka.

Itulah awal dari berdirinya Stanford University.

*** Setiap orang patut kita perlakukan dengan baik, kita tidak bisa menilai seseorang semata-mata dari penampilannya saja, apalagi merendahkannya. Sungguh bijaksana jika kita mampu menghargai dan memperlakukan orang lain dengan hormat. Bahkan mau mengenal pribadi-pribadi mereka lebih jauh. karena setiap orang selalu mempunyai sesuatu yang 'berharga' yang kadang tidak terlihat jika kita hanya melihatnya selintas saja...

Semoga hari ini jadi hari terbaik untuk semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar