Senin, 16 Februari 2009

Kematian Hati

(alm) Ust. Rahmat Abdullah


PK-Sejahtera Online: Banyak orang tertawa tanpa (mau) menyadari sang maut sedang mengintainya.

Banyak orang cepat datang ke shaf shalat layaknya orang yang amat merindukan kekasih. Sayang ternyata ia datang tergesa-gesa hanya agar dapat segera pergi.

Seperti penagih hutang yang kejam ia perlakukan Tuhannya. Ada yang datang sekedar memenuhi tugas rutin mesin agama. Dingin, kering dan hampa, tanpa penghayatan. Hilang tak dicari, ada tak disyukuri.

Dari jahil engkau disuruh berilmu dan tak ada idzin untuk berhenti hanya pada ilmu. Engkau dituntut beramal dengan ilmu yang ALLAH berikan. Tanpa itu alangkah besar kemurkaan ALLAH atasmu.

Tersanjungkah engkau yang pandai bercakap tentang keheningan senyap ditingkah rintih istighfar, kecupak air wudlu di dingin malam, lapar perut karena shiam atau kedalaman munajat dalam rakaat-rakaat panjang.

Tersanjungkah engkau dengan licin lidahmu bertutur, sementara dalam hatimu tak ada apa-apa. Kau kunyah mitos pemberian masyarakat dan sangka baik orang-orang berhati jernih, bahwa engkau adalah seorang saleh, alim, abid lagi mujahid, lalu puas meyakini itu tanpa rasa ngeri.

Asshiddiq Abu Bakar Ra. selalu gemetar saat dipuji orang. "Ya ALLAH, jadikan diriku lebih baik daripada sangkaan mereka, janganlah Engkau hukum aku karena ucapan mereka dan ampunilah daku lantaran ketidaktahuan mereka", ucapnya lirih.

Ada orang bekerja keras dengan mengorbankan begitu banyak harta dan dana, lalu ia lupakan semua itu dan tak pernah mengenangnya lagi. Ada orang beramal besar dan selalu mengingat-ingatnya, bahkan sebagian menyebut-nyebutnya. Ada orang beramal sedikit dan mengklaim amalnya sangat banyak. Dan ada orang yang sama sekali tak pernah beramal, lalu merasa banyak amal dan menyalahkan orang yang beramal, karena kekurangan atau ketidaksesuaian amal mereka dengan lamunan pribadinya, atau tidak mau kalah dan tertinggal di belakang para pejuang. Mereka telah menukar kerja dengan kata.
Dimana kau letakkan dirimu?
Saat kecil, engkau begitu takut gelap, suara dan segala yang asing. Begitu kerap engkau bergetar dan takut.

Sesudah pengalaman dan ilmu makin bertambah, engkaupun berani tampil di depan seorang kaisar tanpa rasa gentar. Semua sudah jadi biasa, tanpa rasa.
Telah berapa hari engkau hidup dalam lumpur yang membunuh hatimu sehingga getarannya tak terasa lagi saat ma'siat menggodamu dan engkau meni'matinya?

Malam-malam berharga berlalu tanpa satu rakaatpun kau kerjakan. Usia berkurang banyak tanpa jenjang kedewasaan ruhani meninggi. Rasa malu kepada ALLAH, dimana kau kubur dia ?

Di luar sana rasa malu tak punya harga. Mereka jual diri secara terbuka lewat layar kaca, sampul majalah atau bahkan melalui penawaran langsung. Ini potret negerimu : 228.000 remaja mengidap putau. Dari 1500 responden usia SMP & SMU, 25 % mengaku telah berzina dan hampir separohnya setuju remaja berhubungan seks di luar nikah asal jangan dengan perkosaan. Mungkin engkau mulai berfikir "Jamaklah, bila aku main mata dengan aktifis perempuan bila engkau laki-laki atau sebaliknya di celah-celah rapat atau berdialog dalam jarak sangat dekat atau bertelepon dengan menambah waktu yang tak kauperlukan sekedar melepas kejenuhan dengan canda jarak jauh" Betapa jamaknya 'dosa kecil' itu dalam hatimu.

Kemana getarannya yang gelisah dan terluka dulu, saat "TV Thaghut" menyiarkan segala "kesombongan jahiliyah dan maksiat"?

Saat engkau muntah melihat laki-laki (banci) berpakaian perempuan, karena kau sangat mendukung ustadzmu yang mengatakan " Jika ALLAH melaknat laki-laki berbusana perempuan dan perempuan berpakaian laki-laki, apa tertawa riang menonton akting mereka tidak dilaknat ?"
Ataukah taqwa berlaku saat berkumpul bersama, lalu yang berteriak paling lantang "Ini tidak islami" berarti ia paling islami, sesudah itu urusan tinggallah antara engkau dengan dirimu, tak ada ALLAH disana?
Sekarang kau telah jadi kader hebat.
Tidak lagi malu-malu tampil.

Justeru engkau akan dihadang tantangan: sangat malu untuk menahan tanganmu dari jabatan tangan lembut lawan jenismu yang muda dan segar. Hati yang berbunga-bunga didepan ribuan massa.

Semua gerak harus ditakar dan jadilah pertimbanganmu tergadai pada kesukaan atau kebencian orang, walaupun harus mengorbankan nilai terbaik yang kau miliki. Lupakah engkau, jika bidikanmu ke sasaran tembak meleset 1 milimeter, maka pada jarak 300 meter dia tidak melenceng 1 milimeter lagi ? Begitu jauhnya inhiraf di kalangan awam, sedikit banyak karena para elitenya telah salah melangkah lebih dulu.

Siapa yang mau menghormati ummat yang "kiayi"nya membayar beberapa ratus ribu kepada seorang perempuan yang beberapa menit sebelumnya ia setubuhi di sebuah kamar hotel berbintang, lalu dengan enteng mengatakan "Itu maharku, ALLAH waliku dan malaikat itu saksiku" dan sesudah itu segalanya selesai, berlalu tanpa rasa bersalah?

Siapa yang akan memandang ummat yang da'inya berpose lekat dengan seorang perempuan muda artis penyanyi lalu mengatakan "Ini anakku, karena kedudukan guru dalam Islam adalah ayah, bahkan lebih dekat daripada ayah kandung dan ayah mertua" Akankah engkau juga menambah barisan kebingungan ummat lalu mendaftar diri sebagai 'alimullisan (alim di lidah)? Apa kau fikir sesudah semua kedangkalan ini kau masih aman dari kemungkinan jatuh ke lembah yang sama?

Apa beda seorang remaja yang menzinai teman sekolahnya dengan seorang alim yang merayu rekan perempuan dalam aktifitas da'wahnya? Akankah kau andalkan penghormatan masyarakat awam karena statusmu lalu kau serang maksiat mereka yang semakin tersudut oleh retorikamu yang menyihir ? Bila demikian, koruptor macam apa engkau ini? Pernah kau lihat sepasang mami dan papi dengan anak remaja mereka.
Tengoklah langkah mereka di mal. Betapa besar sumbangan mereka kepada modernisasi dengan banyak-banyak mengkonsumsi produk junk food, semata-mata karena nuansa "westernnya" . Engkau akan menjadi faqih pendebat yang tangguh saat engkau tenggak minuman halal itu, dengan perasaan "lihatlah, betapa Amerikanya aku".
Memang, soalnya bukan Amerika atau bukan Amerika, melainkan apakah engkau punya harga diri.
Mahatma Ghandi memimpin perjuangan dengan memakai tenunan bangsa sendiri atau terompah lokal yang tak bermerk. Namun setiap ia menoleh ke kanan, maka 300 juta rakyat India menoleh ke kanan. Bila ia tidur di rel kereta api, maka 300 juta rakyat India akan ikut tidur disana.

Kini datang "pemimpin" ummat, ingin mengatrol harga diri dan gengsi ummat dengan pameran mobil, rumah mewah, "toko emas berjalan" dan segudang asesori. Saat fatwa digenderangkan, telinga ummat telah tuli oleh dentam berita tentang hiruk pikuk pesta dunia yang engkau ikut mabuk disana. "Engkau adalah penyanyi bayaranku dengan uang yang kukumpulkan susah payah. Bila aku bosan aku bisa panggil penyanyi lain yang kicaunya lebih memenuhi seleraku"

Minggu, 15 Februari 2009

I am The Winner (motifasi menghadapi ujian atau UAN)

Seorang pecundang akan berkata “Ini mungkin, tapi sulit” sedangkan seorang pemenang akan berkata “Ini sulit, tapi mungkin

Sekarang kita tinggal memilih, kita akan menjadi siapa? Seorang pecundang atau seorang pemenang? Seorang pecundang yang hanya dengan melihat saja sudah menyerah, pasang kuda – kuda dan dalam hitungan ketiga lari menjauh. Seorang pecundang yang patah semangat, hilang kepercayaan diri, takut, dan percaya bahwa apa yang dilakukan akan percuma saja bahkan gatot (gagal total). Ataukah seorang pemenang, seorang pemenang yang percaya bahwa dia akan berhasil, dengan semangat, usaha, kerja keras, dan do’a dia percaya mampu menaklukkan dunia. Selanjutnya? Terserah anda!

Penulis yakin bahwa semua akan memilih menjadi seorang pemenang, karena memilih menjadi pemenang atau pecundang tidak sulit, sangat mudah hanya dengan memilih. Namun dalam pelaksanaan sulit untuk diterapkan.

Hidup adalah sumber masalah, pertempuran atau bahakan medan perang yang tidak akan pernah berhenti. Sejak kita lahir hingga membaca tulisan ini, semuanya pertempuran. Pertempuran melawan ketidakmampuan, ketidakberdayaan, dan juga pertempuran melawan ketidak maha tahuan kita.

Kita tercipta menjadi seorang pemenang sayangnya kita sendiri menjadikan diri kita seorang pecundang. Bagaimana tidak waktu kita kecil kita tidak mampu berbuat apa – apa, yang bisa kita lakukan hanya menangis. Lihatlah diri kita sekarang, kita bisa berjalan bahkan berlari, kita bisa makan bahkan membuat makanan, kita bisa berbicara bahkan bernyanyi. Coba banyangkan apa yang akan terjadi apabila sejak kita terlahir kita menjadi seorang pecundang yang takut belajar berjalan karena takut jatuh, yang takut makan sendiri karena takut belepotan dan ketakutan – ketakutan yang lain. Mungkin manusia akan punah karena tak mampu berbuat apa – apa.

Apabila kita tercipta menjadi seorang pemenang, mengapa kita rubah diri kita menjadi seorang pecundang. Pecundang yang mencari kambing hitam atas kesalahannya, pecundang yang bila diberi penghalang akan berbalik arah, pecundang yang selalu mencari jalan pintas atas semua kesulitan, pecundang yang ingin sukses tanpa kerja keras dan pecundang yang selalu menunggu keajaiban turun dari langit.

Salah satu rintangan akan kita hadapi [UAS, UAN, Ujian semester], satu rintangan yang sangat mudah dibandingkan rintangan – rintangan yang akan kita hadapi dihari yang akan datang. Inilah saatnya kita menentukan menjadi siapakah kita? Seorang pecundang atau menjadi seorang pemenang? Pemenang yang dengan sepenuh hati percaya bahwa dia akan menang, pemenang yang sadar bahwa keajaiban tidak datang dengan sendirinya melainkan dengan usaha dan kerja keras, pemenang yang tidak akan berbalik arah hanya karena ada penghalang didepannya, pemenang yang tidak akan bingung tuk mencari jalan pintas karena dia tahu dia berada di jalan yang benar, pemenang yang selalu menambah bekalnya untuk menemani perjalanannya, dan pemenang yang tidak akan membohongi diri sendiri dan orang lain tuk berbuat curang.

Jika kita memilih menjadi pemenang, masih ada waktu tuk menyiapkan semua bekal, masih ada waktu tuk menyingkirkan semua rintangan, masih ada waktu tuk mengubah pikiran kita terutama tentang apa yang kita pikirkan tentang diri kita.

And the last:
U ar what u think! So, u must believe that u ar the winner!! If u believe it, u’ll be the big winner!!
S’mangat!!

HINDARI VIRUS STRESS

Slide 2

AKIBAT STRESS

  • Tekanan pekerjaan yang berlebihan bisa mengakibatkan stress.
  • Stress berkepanjangan bisa menyebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh.
  • Dengan tingkat stress tinggi punya kemungkinan terkena serangan jantung 2 kali lipat dibandingkan dengan orang yang bekerja dengan tingkat stress rendah.
  • Menimbulkan penyakit berbahaya lainnya seperti stroke dan kanker.


KERUGIAN BESAR AKIBAT STRESS

Penelitian yang dilakukan The National Mental Health Association (NMHA) bahkan menyatakan bahwa rata-rata perusahaan di Amerika menghabiskan sekitar $150 milyar pertahun untuk menangani masalah kesehatan karyawan yang disebabkan oleh stress.


Apakah Anda sedang mengalami stress?

Jawab pertanyaan berikut ini untuk mengetahuinya!

  • Apakah Anda sering berangkat ke kantor dengan terburu-buru dan panik ?
  • Apakah Anda sering makan siang di meja atau bahkan lupa makan untuk menyelesaikan pekerjaan?
  • Apakah Anda sering merasa terlalu letih untuk melakukan aktifitas sesudah jam kerja?
  • Apakah Anda sering mengingat kembali pekerjaan dan persoalannya sebelum tidur?
  • Apakah Anda sering bermimpi tentang pekerjaan Anda?
  • Apakah Anda sering menunda liburan karena terlalu sibuk?

Jika jawaban Anda kebanyakan adalah Ya, kemungkinan besar Anda telah terinfeksi virus stress tanpa Anda sadari.

Sebuah penelitian dari American Stress Institute (AIS) bahkan menambahkan bahwa gejala gangguan fisik seperti sering sakit kepala, rahang kaku atau nyeri, sakit di bagian leher, sakit punggung dan alergi yang tiba-tiba muncul bisa disebabkan oleh stress yang berkepanjangan.


Tips me-reprogram hidup yang telah terinfeksi virus stress.

1. Berdoalah!

Sehebat apapun kita, kita tetap ciptaan Tuhan, jadi kembalilah ke hakiki kemanusiaan kita.

2. Ingat, untuk siapa Anda bekerja.

Tutup mata Anda dan bayangkan wajah orang-orang yang Anda kasihi jika mungkin wajah anak, pasangan atau orang tua dan pastikan bahwa demi merekalah Anda bekerja.

3. Tuliskan rencana kerja Anda.
Selain untuk memaksimalkan waktu, menuliskan rencana kerja juga berfungsi sebagai reminder progress target Anda.

4. Buat prioritas.
Hanya ada 24 jam dalam sehari dan Anda tidak mungkin bekerja sepanjang waktu. Jangan ragu untuk mendelegasikan pekerjaan.

5. Hidup sehat dan seimbang.
Makan yang sehat, olahraga dan istirahat cukup.

6. Be positive!
Cari sisi positif dari tiap tekanan yang datang. Hindari negativity, karena akan menguras energi Anda.


RENUNGAN

Sebagai seorang pemimpin, di pundak Anda terletak hajat hidup orang-orang yang Anda kasihi, termasuk bawahan Anda. Jika Anda stress berkepanjangan, maka mereka akan jadi korban pertama. So, reprogram hidup Anda sekarang juga!

HARAPAN ITU MASIH ADA

Ada 4 lilin yang menyala,

Sedikit demi sedikit habis meleleh

Suasana begitu sunyi sehingga terdengarlah percakapan mereka.

Yang pertama berkata:

“Aku adalah Damai

Namun manusia tak mampu menjagaku: maka lebih baik aku mematikan diriku saja!”

Demikianlah sedikit demi sedikit sang lilin padam.

Yang kedua berkata:

“ Aku adalah Iman

Sayang aku tak berguna lagi.

Manusia tak mau mengenalku,

Untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala.”

Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkannya.

Dengan sedih giliran Lilin ketiga bicara:

“ Aku adalah Cinta

Tak mampu lagi aku untuk tetap menyala.

Manusia tidak lagi memandang dan mengganggapku berguna.

Mereka saling membenci, bahkan membenci mereka yang mencintainya, membenci keluarganya.”

Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah Lilin ketiga.

Tanpa terduga…

Seorang anak saat itu masuk ke dalam kamar, dan melihat ketiga Lilin telah padam.

Karena takut akan kegelapan itu, ia berkata:

“ Ekh apa yang terjadi?! Kalian harus tetap menyala, Aku takut akan kegelapan!”

Lalu ia mengangis tersedu-sedu.

Lalu dengan terharu Lilin keempat berkata:

“Jangan takut,

Janganlah menangis,

selama aku masih ada dan menyala, kita tetap dapat selalu menyalakan ketiga Lilin lainnya:

Akulah

HARAPAN”

Dengan mata bersinar, sang anak mengambil Lilin Harapan, lalu menyalakan kembali ketiga Lilin lainnya.

Apa yang tidak pernah mati hanyalah HARAPAN yang ada dalam hati kita….

…dan masing-masing kita semoga dapat menjadi alat, seperti sang anak tersebut, yang dalam situasi apapun mampu menghidupkan kembali Iman, Damai, Cinta dengan HARAPAN-nya!!!


BANGKITLAH NEGERIKU, HARAPAN ITU MASIH ADA!

JAYALAH INDONESIA, SINARI DUNIA

I AM THE WINNER SERI 1

YOU’RE NOT A LOOSER

Jadi Pribadi Berprestasi

Banyak sosok berprestasi bertebaran didunia ini, yang membuat hidup dirinya atau orang lain menjadi berarti. Jangan sampai ketinggalan, kamu juga kudu punya prestasi.


Dari satu kata “BERBUAT”

Sobat muda, sejenak pandang apa yang ada di sekeliling kamu, yang terdekat saja. Pegang buku, pulpen, computer atau apa saja. Apa yang ada di pikiran kamu? Terbantu dengan keberadaan benda-benda tersebut?

Ya, benda-benda tersebut hanyalah contoh kecil prestasi dari orang yang membuat atau menemkannya. Ada banyak prestasi lain di dunia ini yang membuat hidup menjadi lebih mudah, dinamis, dan indah. Itu bisa berupa benda atau gagasan. Namun, muaranya satu : keinginan untuk berbuat. Hasilnya? Ya, prestasi.


Nilai KEBERADAAN

Beneran nih, semua orang bisa berprestasi? Kok bisa? Beneran! Sebab, pada dasarnya semua manusia ingin diterima lingkungannya. Ia ingin diakui. Ketika ingin diterima, tentu ia harus melakukan sesuatu yang berarti. Nah, ini selaras dengan keberadaan seorang muslim, karena misi suci seorang muslim adalah menjadikan dirinya penuh arti. Nilai keberadaan kita tergantung pada sejauh mana kita berjuang untuk menjadikan diri kita menjadi berarti. Seseorang dinilai ada, jika mampu memberikan makna. Sebaliknya, seseorang tidak akan mempunyai nilai jika tidak bias memberikan makna. Inilah hakikat dari prestasi.

Sayangnya, dalam masyarakat masih banyak penilaian tentang prestasi yang patokannya seringkali fisik belaka. Fisik bukan hanya tampilan wajah, tapi juga materi. Maka bertaburalah ajang adu prestasi remaja yang hanya mengandalkan fisik. Walau diselipi dengan unsure intelektual, itu hanya nomor sekian. Makna prestasi menjadi sempit dengan seberapa cantik dan ganteng. Ajang seperti itu diblow-up dan ajang yang jelas-jelas menampilkan prestasi terpinggirkan dengan berita-berita yang hanya sepi di sudut kota sunyi.


Jangan PAS-PASAN

Jadi, prestasi adalah menjadikan diri selalu berarti, selalu berbuat kebaikan. Keberanian paling utama adalah mampu meyakinkan diri sendiri bahwa apa yang kita perbuat mempunyai arti bagi orang lain. Mana mungkin mempengaruhi orang lain kalau kita sendiri belum yakin? Keyakinan tersebut tentu harus diiringi dengan pengetahuan yang cukup tentang visi dan misi kita sebagai seorang muslim. Simak deh ayat berikut:

“ dan katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan rasulNya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S. At-Taubah : 105)

Bekerja itu kuncinya. Akan tetapi, motto seorang muslim adalah “bekerja itu ibadah dan berprestasi itu indah.” Oleh karena itu janganlah bekerja asal-asalan dan memperoleh hasil yang pas-pasan. Prestasi bukanlah seperti itu.

Dari Abu Sa’id Al Khudry r.a., Nabi SAW bersabda: “Bahwa seorang mukmin itu sama sekali tidak pernah merasa puas untuk berbuat kebaikan sehingga penghabisannya nanti dia berjumpa dengan surge.” (Hadits Hasan diriwayatkan oleh Tirmidzi)

Bagaikan meneguk air laut, kian direguk, kian haus rasanya. Begitulah cara seorang mukmin berbuat baik, tidak pernah mau berhenti untuk menghasilkan yang terbaik. Ia akan merasa ketinggalan atau kehilangan sesuatu bila kehidupannya tidak memberikan arti bagi diri dan lingkungannya.


You’re the FUTURE

Oleh karena itu bangkitkanlah selalu semangat untuk meraih prestasi; menjadikan diri memiliki arti; merasa tak berarti bila tak berprestasi. Apalagi sebagai pemuda, kita adalahmasa depan umat, begitu kata pepatah. You are the future of the world! Prestasi juga dilihat dari sejauh mana kontribusi kamu pada masa depan. “You are the future, and you can choose your contribution to that future!”


I’am the winner

Setiap kita pada dasarnya adalah pemenang, alias THE WINNER. Bapak Toto Tasmara dalam bukunya “Etos Kerja Pribadi Muslim” menyatakan bahwa sejak dini kita adalah manusia unggul, dan sejak dini pula sudah tertanaminsting bertanding.

Ketika kita belum berwujud manusia, miliaran sperma ayahanda berlomba untuk membuahi ovum. Dari sekian banyak itu, yang berhasil hanya satu dan itu tak lain adalah kita. Kemana sperma lain yang berlomba memperebutkan diri? Mereka kalah, mati. Jadi, kita adalah pemenang. So, mestinya tidak ada kamus untuk menyerah, malas, lemah, atau kehilangan daya tanding. Keuletan dan kegigihan adalah fitrah setiap pribadi manusia. We’ll keep on fighting till the end. We are the champion of the world! Ya, kita harus terus berjuang dan berprestasi, karena kita adalah JUARA!

Kamu bisa fighting dan berprestasi dimana saja, kapan saja, dan dalam hal apa saja: Akademis, Non Akademis, atau Perilaku.


Akademis

Memang sudah bukan zamannya mematok diri pada ranking. Lagi pula, nilai bagus tidak menjamin hidup akan sukses. IQ bukan jaminan, dan saat ini orang semakin mengutamakan kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan Spiritual (SQ). namun perpaduan ketiganya lebih baik, bukan? Jadi, apa salahnya kamu mengincar nilai bagus? Asalkan kamu tetap mengutamakan pemahaman, bukan jejeran angka 9 belaka. Dengan memiliki nilai baik, ada berbagai peluang untuk meraih prestasi lain. Percayalah teman-teman, kamu yang berkesempatan mendapat beasiswa sekolah/kuliah diluar negeri misalnya, itu karena nilai mereka yang baik.


Non Akademis

Jangan manyun kalau kamu nggak bisa dapat nilai bagus. Ada ‘lapangan’ lain yang begitu luas untuk meraih prestasi. Bahkan bidang non akademis inilah yang cenderung aplikatif dalam kehidupan masa depan kamu nanti.

Yang menjadi pertanyaan inti sekarang adalah: “Kamu mau mengerjakan apa?” bukan Cuma “Apa yang kamu Bisa?”

Sebab, semua orang sebenarnya bisa melakukan apa saja, asal dia mau! Yang penting adalah kamu punya komitmen untuk menjadi pribadi yang berarti. Silakan pilih, mau berprestasi dibidang apa? Menjadi sukarelawan dalam bidang social? Wah, kesempatannya besar sekali tuh! Bidang seni dan budaya? Silakan. Ekonomi, politik, dan berbagai hal lain lagi. Yang jelas, satu hal penting kalau mau dibilang berprestasi: HASILKAN YANG TERBAIK.


Perilaku

Tahukah kamu, apa prestasi Rasulullah SAW. sebelum beliau diangkat menjadi Rasul? Al-Amin. Semua orang disekitarnya mengakui sikap amanah dan kejujuran Rasulullah. Sebenarnya ini bukan pilihan untuk berprestasi, sebab sebagai muslim kita memang kudu menjaga perilaku kita, yakni selaras dengan perintah Allah. Maksudnya adalah, bagaimana kita bisa menjadi teladan dalam hal moral dimasyarakat sekitar kita. Apalagi dengan kondisi masyarakat kita yang semakin kacau saat ini.

OK? Siap menjadi pemenang? kalau gitu, berprestasilah!


JADI TREND SETTER

Menjadi orang merdeka adalah menjadi orang yang tak mudah diombang-ambing trend yang sedang berkembang. Ia bukan mengikut trend, namun ia yang menjadi trend setter.

Menjadi yang TERBAIK

Ya, menjadi trend setter, itulah umat islam, mestinya begitu juga kamu sebagai remaja muslim. Namun, apa yang terjadi kini? Umat bagaikan buih, banyak namun tak berarti, persis seperti ramalan Rasulullah SAW dalam sebuah haditsnya. Dalam hadits lain disebutkan: “tidak akan terjadi kiamat sebelum umatku mengikuti apa-apa yang dilakukan oleh kaum sebelumnya, selangkah demi selangkah, sedepa demi sedepa.” (HR. Bukhari)

Maka antrilah remaja mengekor trend yang berkembang, meski harus menanggalkan satu persatu rasa malu mereka. Merasa keren dengan pamer aurat atau teriak-teriak memuja penyanyi di konser-konser. Merasa modern dengan ngedugem, pacaran, coba-coba narkoba. Duh!

Padahal sejak awal kedatangannya, islam telah mematok diri sebagai pencipta trend. “kuntum khaira ummatin ukhrijat linnaasi,” (Q.S. Ali Imran : 110). Bahwa kitalah umat terbaik yang mestinya diikuti dan dijadikan rujukan. Yang terbaik, masak sih di belakang?

So, buang jauh-jauh deh trend-trend semu yang bikin pikiran terbelenggu dan fisik nggak merdeka (gimana mau bebas kalau bernafas aja susah karena baju keketatan?). yakinlah, islam itu selalu dan selamanya akan selalu menjadi trend. Karena ada al-Qur’an yang menjadi dustur (panduan) dan Rasulullah menjadi qudwah (teladan).

Misalnya ajam sampai kapanpun jilbab akan menjadi trend, karena aturannya sudah jelas, ada dalam Al-Qur’an dan Hadits. Modelnya bisa bermacam-macam, tapi batasannya jelas. Contoh lain, sampai kapanpun pacaran nggak ada dalam islam, karena mudhorotnya lebih banyak daripada manfaatnya. Jangan dilegalisasi dengan “pacaran islami”. Sebab, aturan pergaulan lawan jenis dalam Al-Que’an dan Hadits cukup jelas. Ini kembali kepada kemampuan kamu mengendalikan hawa nafsu. Kalaupun kamu sudah tidak mampu mengendalikan, ada aturan-aturannya juga. Mulai dari puasa sampai menikah.


Trus, sampai kapanpun Rasulullah menjadi qudwah kita, karena beliau telah diutus sebagai rasul terakhir, sebagai penyempurna, dan Allah telah menyuruh kita untuk mengikuti beliau. Jadi, nggak ada kamusnya tuh kamu menempatkan Tom Cruisse, Brad Pitt, Backstreet Boys, atau seabrek seleb lainnya diatas Rasulullah. Beliau memang sudah wafat, namun bukan berarti jejaknya tak bisa diikuti. Jadikanlah beliau, para sahabat, dan orang-orang shalih sebagai teladan kita. Tunjukkan identitas kita sebagai seorang remaja muslim yang cerdas, gaul tapi tetap nyar’i.

Nah, kamu pilih mana, pengekor atau TREND SETTER? Mendingan jadi Trend Setter aja, tapi yang islami, oke?