Minggu, 15 Februari 2009

I AM THE WINNER SERI 1

YOU’RE NOT A LOOSER

Jadi Pribadi Berprestasi

Banyak sosok berprestasi bertebaran didunia ini, yang membuat hidup dirinya atau orang lain menjadi berarti. Jangan sampai ketinggalan, kamu juga kudu punya prestasi.


Dari satu kata “BERBUAT”

Sobat muda, sejenak pandang apa yang ada di sekeliling kamu, yang terdekat saja. Pegang buku, pulpen, computer atau apa saja. Apa yang ada di pikiran kamu? Terbantu dengan keberadaan benda-benda tersebut?

Ya, benda-benda tersebut hanyalah contoh kecil prestasi dari orang yang membuat atau menemkannya. Ada banyak prestasi lain di dunia ini yang membuat hidup menjadi lebih mudah, dinamis, dan indah. Itu bisa berupa benda atau gagasan. Namun, muaranya satu : keinginan untuk berbuat. Hasilnya? Ya, prestasi.


Nilai KEBERADAAN

Beneran nih, semua orang bisa berprestasi? Kok bisa? Beneran! Sebab, pada dasarnya semua manusia ingin diterima lingkungannya. Ia ingin diakui. Ketika ingin diterima, tentu ia harus melakukan sesuatu yang berarti. Nah, ini selaras dengan keberadaan seorang muslim, karena misi suci seorang muslim adalah menjadikan dirinya penuh arti. Nilai keberadaan kita tergantung pada sejauh mana kita berjuang untuk menjadikan diri kita menjadi berarti. Seseorang dinilai ada, jika mampu memberikan makna. Sebaliknya, seseorang tidak akan mempunyai nilai jika tidak bias memberikan makna. Inilah hakikat dari prestasi.

Sayangnya, dalam masyarakat masih banyak penilaian tentang prestasi yang patokannya seringkali fisik belaka. Fisik bukan hanya tampilan wajah, tapi juga materi. Maka bertaburalah ajang adu prestasi remaja yang hanya mengandalkan fisik. Walau diselipi dengan unsure intelektual, itu hanya nomor sekian. Makna prestasi menjadi sempit dengan seberapa cantik dan ganteng. Ajang seperti itu diblow-up dan ajang yang jelas-jelas menampilkan prestasi terpinggirkan dengan berita-berita yang hanya sepi di sudut kota sunyi.


Jangan PAS-PASAN

Jadi, prestasi adalah menjadikan diri selalu berarti, selalu berbuat kebaikan. Keberanian paling utama adalah mampu meyakinkan diri sendiri bahwa apa yang kita perbuat mempunyai arti bagi orang lain. Mana mungkin mempengaruhi orang lain kalau kita sendiri belum yakin? Keyakinan tersebut tentu harus diiringi dengan pengetahuan yang cukup tentang visi dan misi kita sebagai seorang muslim. Simak deh ayat berikut:

“ dan katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan rasulNya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S. At-Taubah : 105)

Bekerja itu kuncinya. Akan tetapi, motto seorang muslim adalah “bekerja itu ibadah dan berprestasi itu indah.” Oleh karena itu janganlah bekerja asal-asalan dan memperoleh hasil yang pas-pasan. Prestasi bukanlah seperti itu.

Dari Abu Sa’id Al Khudry r.a., Nabi SAW bersabda: “Bahwa seorang mukmin itu sama sekali tidak pernah merasa puas untuk berbuat kebaikan sehingga penghabisannya nanti dia berjumpa dengan surge.” (Hadits Hasan diriwayatkan oleh Tirmidzi)

Bagaikan meneguk air laut, kian direguk, kian haus rasanya. Begitulah cara seorang mukmin berbuat baik, tidak pernah mau berhenti untuk menghasilkan yang terbaik. Ia akan merasa ketinggalan atau kehilangan sesuatu bila kehidupannya tidak memberikan arti bagi diri dan lingkungannya.


You’re the FUTURE

Oleh karena itu bangkitkanlah selalu semangat untuk meraih prestasi; menjadikan diri memiliki arti; merasa tak berarti bila tak berprestasi. Apalagi sebagai pemuda, kita adalahmasa depan umat, begitu kata pepatah. You are the future of the world! Prestasi juga dilihat dari sejauh mana kontribusi kamu pada masa depan. “You are the future, and you can choose your contribution to that future!”


I’am the winner

Setiap kita pada dasarnya adalah pemenang, alias THE WINNER. Bapak Toto Tasmara dalam bukunya “Etos Kerja Pribadi Muslim” menyatakan bahwa sejak dini kita adalah manusia unggul, dan sejak dini pula sudah tertanaminsting bertanding.

Ketika kita belum berwujud manusia, miliaran sperma ayahanda berlomba untuk membuahi ovum. Dari sekian banyak itu, yang berhasil hanya satu dan itu tak lain adalah kita. Kemana sperma lain yang berlomba memperebutkan diri? Mereka kalah, mati. Jadi, kita adalah pemenang. So, mestinya tidak ada kamus untuk menyerah, malas, lemah, atau kehilangan daya tanding. Keuletan dan kegigihan adalah fitrah setiap pribadi manusia. We’ll keep on fighting till the end. We are the champion of the world! Ya, kita harus terus berjuang dan berprestasi, karena kita adalah JUARA!

Kamu bisa fighting dan berprestasi dimana saja, kapan saja, dan dalam hal apa saja: Akademis, Non Akademis, atau Perilaku.


Akademis

Memang sudah bukan zamannya mematok diri pada ranking. Lagi pula, nilai bagus tidak menjamin hidup akan sukses. IQ bukan jaminan, dan saat ini orang semakin mengutamakan kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan Spiritual (SQ). namun perpaduan ketiganya lebih baik, bukan? Jadi, apa salahnya kamu mengincar nilai bagus? Asalkan kamu tetap mengutamakan pemahaman, bukan jejeran angka 9 belaka. Dengan memiliki nilai baik, ada berbagai peluang untuk meraih prestasi lain. Percayalah teman-teman, kamu yang berkesempatan mendapat beasiswa sekolah/kuliah diluar negeri misalnya, itu karena nilai mereka yang baik.


Non Akademis

Jangan manyun kalau kamu nggak bisa dapat nilai bagus. Ada ‘lapangan’ lain yang begitu luas untuk meraih prestasi. Bahkan bidang non akademis inilah yang cenderung aplikatif dalam kehidupan masa depan kamu nanti.

Yang menjadi pertanyaan inti sekarang adalah: “Kamu mau mengerjakan apa?” bukan Cuma “Apa yang kamu Bisa?”

Sebab, semua orang sebenarnya bisa melakukan apa saja, asal dia mau! Yang penting adalah kamu punya komitmen untuk menjadi pribadi yang berarti. Silakan pilih, mau berprestasi dibidang apa? Menjadi sukarelawan dalam bidang social? Wah, kesempatannya besar sekali tuh! Bidang seni dan budaya? Silakan. Ekonomi, politik, dan berbagai hal lain lagi. Yang jelas, satu hal penting kalau mau dibilang berprestasi: HASILKAN YANG TERBAIK.


Perilaku

Tahukah kamu, apa prestasi Rasulullah SAW. sebelum beliau diangkat menjadi Rasul? Al-Amin. Semua orang disekitarnya mengakui sikap amanah dan kejujuran Rasulullah. Sebenarnya ini bukan pilihan untuk berprestasi, sebab sebagai muslim kita memang kudu menjaga perilaku kita, yakni selaras dengan perintah Allah. Maksudnya adalah, bagaimana kita bisa menjadi teladan dalam hal moral dimasyarakat sekitar kita. Apalagi dengan kondisi masyarakat kita yang semakin kacau saat ini.

OK? Siap menjadi pemenang? kalau gitu, berprestasilah!


JADI TREND SETTER

Menjadi orang merdeka adalah menjadi orang yang tak mudah diombang-ambing trend yang sedang berkembang. Ia bukan mengikut trend, namun ia yang menjadi trend setter.

Menjadi yang TERBAIK

Ya, menjadi trend setter, itulah umat islam, mestinya begitu juga kamu sebagai remaja muslim. Namun, apa yang terjadi kini? Umat bagaikan buih, banyak namun tak berarti, persis seperti ramalan Rasulullah SAW dalam sebuah haditsnya. Dalam hadits lain disebutkan: “tidak akan terjadi kiamat sebelum umatku mengikuti apa-apa yang dilakukan oleh kaum sebelumnya, selangkah demi selangkah, sedepa demi sedepa.” (HR. Bukhari)

Maka antrilah remaja mengekor trend yang berkembang, meski harus menanggalkan satu persatu rasa malu mereka. Merasa keren dengan pamer aurat atau teriak-teriak memuja penyanyi di konser-konser. Merasa modern dengan ngedugem, pacaran, coba-coba narkoba. Duh!

Padahal sejak awal kedatangannya, islam telah mematok diri sebagai pencipta trend. “kuntum khaira ummatin ukhrijat linnaasi,” (Q.S. Ali Imran : 110). Bahwa kitalah umat terbaik yang mestinya diikuti dan dijadikan rujukan. Yang terbaik, masak sih di belakang?

So, buang jauh-jauh deh trend-trend semu yang bikin pikiran terbelenggu dan fisik nggak merdeka (gimana mau bebas kalau bernafas aja susah karena baju keketatan?). yakinlah, islam itu selalu dan selamanya akan selalu menjadi trend. Karena ada al-Qur’an yang menjadi dustur (panduan) dan Rasulullah menjadi qudwah (teladan).

Misalnya ajam sampai kapanpun jilbab akan menjadi trend, karena aturannya sudah jelas, ada dalam Al-Qur’an dan Hadits. Modelnya bisa bermacam-macam, tapi batasannya jelas. Contoh lain, sampai kapanpun pacaran nggak ada dalam islam, karena mudhorotnya lebih banyak daripada manfaatnya. Jangan dilegalisasi dengan “pacaran islami”. Sebab, aturan pergaulan lawan jenis dalam Al-Que’an dan Hadits cukup jelas. Ini kembali kepada kemampuan kamu mengendalikan hawa nafsu. Kalaupun kamu sudah tidak mampu mengendalikan, ada aturan-aturannya juga. Mulai dari puasa sampai menikah.


Trus, sampai kapanpun Rasulullah menjadi qudwah kita, karena beliau telah diutus sebagai rasul terakhir, sebagai penyempurna, dan Allah telah menyuruh kita untuk mengikuti beliau. Jadi, nggak ada kamusnya tuh kamu menempatkan Tom Cruisse, Brad Pitt, Backstreet Boys, atau seabrek seleb lainnya diatas Rasulullah. Beliau memang sudah wafat, namun bukan berarti jejaknya tak bisa diikuti. Jadikanlah beliau, para sahabat, dan orang-orang shalih sebagai teladan kita. Tunjukkan identitas kita sebagai seorang remaja muslim yang cerdas, gaul tapi tetap nyar’i.

Nah, kamu pilih mana, pengekor atau TREND SETTER? Mendingan jadi Trend Setter aja, tapi yang islami, oke?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar